Rabu, 15 Oktober 2008

Menjelang Berakhirnya Kejayaan Peradaban Minyak

Menjelang Berakhirnya Kejayaan Peradaban Minyak

http://rizkisaputro.files.wordpress.com/2007/10/pengeboran-minyak-kuwait-dibakar-irak-1991.JPG

Endro Guritno
Staf Diplomatik Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak/OPEC

Akhir-akhir ini papan-papan monitor pasar komoditas di New York (New York Mercantile Exchange) serta pasar-pasar komoditas lain di seluruh dunia mencatat harga minyak pada kisaran 90-95 dolar AS per barrel. Sebagai contoh, pada akhir pekan lalu, 3 Oktober 2008, pasar komoditas mencatat harga rata-rata Brendt dan WTI (West Texas Intermediate) masing-masing 90,08 dan 93,97 dolar AS per barel.

Lonjakan harga yang terjadi mulai awal Mei sampai dengan awal Agustus lalu memberikan efek psikologis sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan kondisi pasar minyak saat ini sudah normal. Konsumen sudah bisa menerima tingkat harga tersebut, bahkan beranggapan harga tersebut sudah cukup murah serta melanjutkan bisnis seperti biasa seolah tidak pernah terjadi turbulensi sebelumnya. Inilah suatu cerminan betapa peradaban kita sangat tergantung pada energi minyak. Ini juga membuktikan penentu harga minyak di pasar bukanlah melulu faktor permintaan dan penawaran, tetapi juga melibatkan faktor psikologis masyarakat dan persepsi-persepsi.

Kisaran harga yang diharapkan oleh beberapa produsen, setidaknya yang sempat dinyatakan dan dipublikasikan pada pertengahan tahun ini, adalah 80-90 dolar AS per barel. Kisaran harga yang memberikan tingkat pengembalian investasi (return on investment, ROI) yang sangat tinggi melebihi rata-rata industri lain. Di sisi lain, seperti yang dikatakan oleh William Ramsay, deputi direktur eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), baik harga yang diharapkan oleh produsen maupun yang saat ini terjadi dinilai masih terlalu mahal. Harga ekuilibrium yang rasional berdasarkan kondisi permintaan dan penawaran saat ini seharusnya 60-70 dolar AS per barel.

Pasar minyak mengawali tahun 2008 dengan tingkat harga 60-65 dolar AS per barel. Kemudian, pada awal semester kedua terjadi lonjakan abnormal sampai pada 147 dolar AS per barel. Apabila kita terapkan analisis tren statistik atas perilaku harga tersebut, dengan memakai asumsi harga minyak pada akhir 2008 sebesar 100 dolar AS/barel seperti yang tercantum dalam APBN, maka jika terjadi turbulensi pasar pada 2009 lonjakan harga bisa mencapai 175-180 dolar AS per barrel.

Hal tersebut sangat mungkin terjadi mengingat pertumbuhan permintaan global tidak mengalami penurunan pascaturbulensi pasar minyak tengah tahun ini. Sebaliknya penurunan harga pascaturbulensi yang akhir-akhir ini terjadi justru menimbulkan efek psikologis berupa angka permintaan yang tumbuh lebih besar lagi.Teori Malthus mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung. Kini terbukti teori tersebut tidak hanya berlaku untuk ketersediaan pangan, tetapi juga bagi ketersediaan berbagai sumber daya, termasuk sumber daya energi minyak.

Kenyataan yang lebih tidak menguntungkan yang harus kita hadapi adalah bahwa sumber daya minyak sifatnya terbatas dan tidak terbarukan. Sumber daya minyak secara kuantitas dicerminkan oleh jumlah cadangan. Apabila telah mengalami masa puncak produksinya maka fase selanjutnya adalah penurunan sampai habis.Pada akhir 1960-an, Marion King Hubbert, seorang ahli perminyakan Amerika Serikat, mengeluarkan sebuah teori yang memperkirakan produksi minyak AS akan mengalami puncaknya pada 1970-an. Teori dan perhitungan Hubbert terbukti sangat tepat.

Dengan teori dan metode perhitungan yang sama, para penganut Teori Hubbert (Hubbertians) memperkirakan terjadinya oil peak di beberapa produsen besar dunia. Inggris dan Norwegia yang menguasai cadangan minyak di Laut Atlantik Utara diperkirakan telah mencapai oil peak pada 1995-2000, sementara Rusia telah mengalaminya pada 2000-2005. Keduanya saat ini sudah mulai mengalami penurunan. Oil peak diperkirakan akan dialami oleh Arab Saudi, produsen terbesar di dunia, pada 2010-2015, sedangkan Venezuela dan beberapa produsen besar lain akan mengalaminya pada 2015-2020.

Tercapainya oil peak di sebagian negara produsen besar serta akan terjadinya hal yang sama dalam waktu dekat di sebagian negara produsen besar lainnya merupakan suatu tanda akan berakhirnya masa kejayaan peradaban yang ditopang oleh energi minyak. Apabila semua cadangan sudah mengalami peak, kiranya amatlah sulit digambarkan tentang apa yang akan terjadi pada harga minyak. Sayang sekali bahwa masyarakat kita belum sepenuhnya memahami serta menyadari situasi ini. Hal ini tecermin dari perekonomian kita yang sampai saat ini masih bertumpu pada sistem yang boros energi serta perilaku masyarakat yang tidak efisien dalam penggunaannya.

Ratusan juta liter kita habiskan setiap hari untuk transportasi barang dan orang di sepanjang jalur pantai utara Jawa yang padat dan di Jakarta serta kota-kota besar lainnya yang macet. Belum lagi terhitung sektor industri yang masih mempergunakan minyak untuk pembangkit listrik utama karena menganggap pasokan dari perusahaan listrik belum cukup stabil. Perlu kita ketahui bahwa dalam hal penggunaan energi, mobil dan truk adalah sarana transportasi yang paling tidak efisien. Kereta api sedikit lebih efisien daripada mobil dan truk, sementara kapal laut dan ferry lebih efisien dibandingkan dengan kereta api. Di antara semua itu, kereta listrik adalah alat transportasi yang paling efisien.

Masa kejayaan peradaban minyak akan segera mencapai puncaknya dan seterusnya akan mengalami pemudaran. Masih ada waktu untuk berbuat sesuatu supaya kita tidak tergilas oleh revolusi energi yang kejam dan bakal menelan banyak korban. Rasanya tidak berlebihan jika mulai sekarang kita persiapkan skenario-skenario untuk antisipasi. Pertama, rancang dan rencanakan kapasitas pasokan listrik yang belum terpenuhi dengan pembangkit listrik bertenaga nuklir. Kedua, ubah sistem transportasi saat ini yang bertumpukan pada penggunaan alat-alat berbahan bakar minyak menjadi sistem yang lebih banyak menggunakan kereta-kereta listrik, disertai pengoptimalan penggunaan transportasi laut.

Ingat bahwa negara kita adalah negara maritim, di mana sebagian besar kota terletak di pinggir pantai sehingga seharusnya transportasi air lebih dominan daripada transportasi darat. Ketiga, alokasikan penggunaan gas alam untuk keperluan domestik dan alat transportasi atau kendaraan pribadi. Adalah benar bahwa cadangan gas alam di dunia saat ini luar biasa besarnya. Tetapi, perlu kita ketahui bahwa tingkat penyusutan gas alam lebih tinggi daripada minyak sehingga pengurasan gas secara besar-besaran untuk pembangkit listrik dan industri akan mempercepat tingkat penyusutannya.

Keempat, percepatan pengembangan industri biofuel, utamanya pada jenis yang proses produksinya tidak berdampak pada berkurangnya lahan industri pangan serta tidak berdampak pada deforestation. Potensi negara kita cukup besar untuk pengadaan bioenergi dengan memanfaatkan lahan kritis dengan penanaman pohon jarak misalnya, serta pemanfaatan air tanah untuk budidaya alga. Terakhir, alokasikan penggunaan energi minyak sebisa mungkin hanya untuk sektor transportasi udara sampai ditemukannya cara yang efisien, ekonomis, dan aman dalam memproduksi dan memanfaatkan hidrogen untuk industri penerbangan.

Ikhtisar:
- Oil peak diperkirakan akan dialami oleh Arab Saudi, produsen terbesar di dunia, pada 2010-2015.
- Tercapainya oil peak menjadi tanda berakhirnya masa kejayaan peradaban yang ditopang oleh energi minyak.
- Perlu rencana atau skenario menghadapi dampak dari kejadian tersebut.

Tidak ada komentar: