Rabu, 15 Oktober 2008

Membuka Cupu Menerawang Alam Setahun ke Depan

Membuka Cupu Menerawang Alam Setahun ke Depan

Ketiga Cupu Panjala tengah dikeluarkan dari kotak penyimpannya dengan membakar kemenyan, dalam sebuah ritual pembukaan kain penutup Cupu Panjala di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, awal Oktober 2004. Tampak di bawah kotak adalah kain mori penutup Cupu Panjala, yang dipercaya bisa meramalkan kejadian-kejadian di masa depan. Cupu Panjala--Ketiga Cupu Panjala tengah dikeluarkan dari kotak penyimpannya, dengan membakar sesaji, dalam sebuah ritual pembukaan kain penutup Cupu Panjala di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Selasa dini hari (5/10). Tampak dibawah kotak adalah kain mori penutup Cupu Panjala.Tanda atau gambar yang ada pada kain mori penutup Cupu Panjala dipercaya bisa meramalkan kejadian-kejadian di masa depan.

Ribuan warga berkumpul menyaksikan upacara ritual pembukaan cupu Kyai Panjolo yang dipercaya merupakan ramalan kejadian alam dalam rentang satu tahun ke depan di Desa Mendak Girisekar, Kecamatan Panggang, kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Awalnya ketika salah satu murid dari Sunan Kalijogo mencari anaknya yang hilang di lautan. Jika ingin menemukan anaknya, ia harus berpuasa tujuh hari tujuh malam, membawa nasi segenggam dan jala. Ketika ia melempar jala ke arah laut, lalu ia menemukan anaknya membawa beberapa barang berharga, salah satunya cupu," kata Lekso, salah satu abdi dalem Keraton Yogyakarta, Selasa, mengenai latar kegiatan tersebut.

Lekso mengatakan bahwa sang anak dinamakan Kyai Panjolo (jala), karena ditemukan dengan jala oleh bapaknya di laut.

Cupu itu berbentuk cawan kecil, dibungkus oleh kain kafan, dan disimpan dalam lemari tertutup. Ketika beberapa bulan kemudian dibuka, pada kain tersebut terdapat pola - pola air lembab yang bisa dibaca sebagai prediksi peristiwa yang akan terjadi, selain itu, kadang pada kain tersebut terdapat jarum, kulit kacang, gabah kering atau hal-hal lainnya. Barang-barang tersebut juga dapat mendukung prediksi yang akan terjadi. "Pada tiap-tiap lembar kafan ini ditemukan benda atau gambar yang dipercayai sebagai ramalan," katanya.

Ia mengatakan bahwa pada dua tahun lalu, pada cupu Kyai Panjolo ditemukan 23 jenis simbol, antara lain gambar gunung api, lumpur dan Pulau Jawa dalam keadaan retak. Selain itu ditemukan ceceran darah. Salah satu selimut arah barat ditemukan lumpur dan ceceran darah dan beberapa bulan kemudian terjadilah gempa tektonik yang meluluhlantakan DIY dan sekitarnya. "Sedangkan tahun lalu ditemukan gambar pesawat terbang dan dalam satu tahun berikutnya banyak ditemukan kecelakaan pesawat dengan menimbulkan banyak korban," katanya.

Ia mengatakan bahwa selain ramalan kejadian alam, cupu Kyai Panjolo juga dipercayai berisi ramalan politik dalam dan luar negeri, juga berisi ramalan bagi petani terutama yang menyangkut keberhasilan tanaman pangan. "Saat ini semakin banyak orang yang menitipkan kain kafan untuk membungkus cupu tersebut, karena mereka ingin diramal. Untuk malam ini saja kurang lebih terdapat lima ratus lebih kain kafan yang membungkus cupu tersebut," katanya.

"Meskipun pembukaan cupu tersebut baru dilakukan pada pukul 01.00 WIB dan selesai Subuh, namun sejak sore warga sudah banyak yang berdatangan. Dan untuk mengantisipasi meluapnya peziarah, pemerintah setempat menyediakan layar monitor agar mereka dengan leluasa menyaksikan pembukaan cupu peninggalan Kyai Panjolo, tanpa perlu berdesak-desakan," kata Erwin, penduduk setempat, Selasa.

Sedangkan salah satu warga Gunungkidul, Erwin mengatakan bahwa Sejak Minggu (28/10) pagi, sudah banyak warga dari berbagai daerah yang datang di lokasi pembukaan cupu. Mereka ingin menyaksikan langsung isi cupu yang dibalut ratusan lembar mori yang dipercayai sebagai ramalan kejadian alam dalam rentang satu tahun ke depan. Selain itu massa juga bermaksud "ngalap" (meraih) berkah.

"Yang datang bukan hanya dari daerah Gunungkidul saja, namun, dari Jakarta, Bogor, Solo dan kota-kota lainnya, mereka datang penasaran ingin menyaksikan wisata budaya religius ini,"

Tidak ada komentar: