Minggu, 12 Oktober 2008

Jalan Tanah Abang Barat 1860-an.

Jalan Tanah Abang Barat 1860-an.

Oleh: Alwi Shahab, wartawan Republika
http://mukhlisukses.files.wordpress.com/2008/04/tabang.jpg

Jalan selengang ini tidak akan dapat kita temui lagi di Jakarta. Bahkan, pada Idul Fitri ketika lebih separuh penduduknya mudik. Inilah Jalan Tanah Abang Barat (kini Jalan Abdul Muis), Jakarta Pusat. Foto ini diabadikan juru potret Woodbury & Page, pada 1860-an. Pada satu setengah abad lalu, jalan menuju Pasar Tanah Abang yang menjadi salah satu pusat kemacetan di Ibu Kota hanya memiliki beberapa rumah tradisional Betawi. Antara satu rumah dengan rumah lainnya letaknya cukup berjauhan. Pohon rindang terdapat di sepanjang jalan. Di sebelah kanan, tampak pedagang makanan yang sedang menggelar dagangannya di samping sebuah warung milik seorang warga Cina.

Sebelah kiri (tidak terlihat) adalah Kali Krukut yang kini merupakan got (selokan besar). Ketika itu, kali ini mengalir dari Pasar Tanah Abang hingga ke muaranya di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Terlihat lampu lentera yang berdiri di sebuah tiang dan dipasang menjelang malam hari. Foto ini diabadikan dari Jalan Budi Kemuliaan (kala itu bernama Gang Scott). Kini, menuju Pasar Tanah Abang dari Jl Abdul Muis yang di kiri kanannya diisi para pedagang suku cadang merupakan daerah yang sangat macet. Bukan hanya pedagang suku cadang dan kaki lima, di sepanjang jalan hingga ke Pasar Tanah Abang terdapat hotel bintang lima dan pertokoan besar.

Lampu lentera kemudian digantikan lampu gas ketika dibangun industri gas di Gang Ketapang (kini Jalan KH Wahid Anhari), berbelok ke arah kiri dari Jalan Gajah Mada (Jakarta Barat). Gas mulai muncul di Batavia pada tahun 1861 untuk penerangan di rumah-rumah hingga Istana Gubernur Jenderal (kini Istana Negara).

Pembangunan Pasar Tanah Abang dan saudara kembarnya, Pasar Senen, dimulai pada 1735 oleh seorang pejabat tinggi VOC, Justinus Vinck. Pada abad ke-19, sekitar Jalan Tanah Abang Timur pernah menjadi perumahan golongan elite Eropa. Nama Tanah Abang diduga berasal dari tentara Mataram yang datang menyerbu Batavia pada 1628. Mereka tidak hanya menyerang lewat utara, tetapi juga dari selatan. Daerah Tanah Abang digunakan sebagai basis militer. Karena, di situ tanahnya merah sehingga mereka menyebutnya tanah abang (tanah merah).

Tidak ada komentar: