Jumat, 10 Oktober 2008

Idul Fitri Rasa Indonesia di Polandia

Idul Fitri Rasa Indonesia di Polandia
Suasana di depan masjid di Warsawa, Polandia, setelah shalat Idul Fitri, Rabu (1/10). Masjid ini menjadi salah satu pusat kegiatan kaum Muslim di Polandia.

Oleh Dewi Indriastuti

Merayakan Lebaran di negeri orang? Keriaan Lebaran—yang biasanya diwarnai tradisi mudik, saling berkunjung, dan makan ketupat bersama sanak keluarga—kali ini dibalut udara dingin Polandia.

Hal itu misalnya dialami lima anak muda asal Indonesia, yakni Adit, Yudhi, Hain, Irpai, dan Abdul. Mereka kebetulan ditugaskan belajar oleh perusahaan mereka ke Mlawa, Polandia, selama tiga bulan. ”Lebaran jauh dari rumah, sedih juga sih,” kata Adit.

Demi merayakan Lebaran rasa Indonesia, kelima pemuda itu menempuh perjalanan selama dua jam bermobil dari Mlawa ke Warsawa, ibu kota Polandia, menyibak udara bertemperatur 13 derajat Celsius. Tujuannya, masjid di Jalan Wiertnicza, Warsawa. Masjid itu menjadi pusat kegiatan kaum Muslim di Warsawa, bahkan Polandia.

Pada Rabu 1 Oktober, di masjid yang digunakan sejak tujuh tahun silam itu juga dilaksanakan shalat Idul Fitri. Berbeda dengan shalat Idul Fitri di Indonesia yang biasanya dimulai sekitar pukul 07.00, shalat Idul Fitri di Polandia dilaksanakan sekitar pukul 09.00.

Setelah shalat Idul Fitri, kaum Muslim berbagai bangsa dan warna kulit yang tinggal di Polandia mendengarkan khotbah. Kemudian, mereka bersalaman mengucapkan selamat Idul Fitri dengan berbagai bahasa.

”Happy Id!” banyak terdengar.

Di Polandia, sekitar 95 persen penduduknya memeluk agama Katolik Roma. Situs Pemerintah Polandia menyebutkan, ada beberapa kelompok agama di Polandia, termasuk Islam. Tidak disebutkan jumlah pemeluknya. Islam pertama kali masuk ke Polandia pada abad ke-14, dibawa suku Tatar. Kini, agama Islam tak hanya dipeluk oleh kaum Tatar, tetapi juga warga asli Polandia.

Khadijah yang ditemui Kompas di masjid menuturkan, Lebaran tahun ini adalah Lebaran pertamanya. Mahasiswi jurusan hubungan internasional sebuah universitas di Polandia ini menjadi pemeluk agama Islam sejak setahun terakhir. Tunangannya adalah seorang Muslim asal Aljazair yang sedang bersekolah di Polandia. ”Tak ada perlakuan berbeda bagi kami, pemeluk agama Islam di Polandia. Tak ada masalah juga saya mengenakan jilbab,” kata Khadijah, namanya setelah menjadi Muslimah.

Khadijah yang warga asli Polandia itu pun masih terbingung-bingung dengan apa yang akan ia lakukan setelah shalat Idul Fitri. ”Tak mungkin merayakan dengan keluarga saya. Mungkin nanti saya akan berjalan-jalan saja,” katanya.

Namun, warga Indonesia yang tinggal di Polandia tak bingung mencari kegiatan setelah shalat Idul Fitri. Ada kegiatan rutin pada hari Idul Fitri, yakni merayakan Lebaran bersama di rumah Duta Besar Indonesia untuk Polandia.

Hazairin Pohan, Duta Besar Indonesia untuk Polandia, mengatakan, setiap Lebaran dan hari Natal, ia memang mengadakan acara semacam open house di rumahnya. ”Ada sekitar 120 orang Indonesia yang tinggal di sini. Lebaran dan Natal jadi arena kumpul-kumpul,” katanya.

Pada Lebaran yang baru lalu, di rumah Hazairin sudah tersedia berbagai menu khas Indonesia. Ada lontong, gulai kambing, tumis tahu, kerupuk udang, bahkan tape ketan hitam!

Ah, Lebaran kali ini adalah Lebaran yang dibalut dingin Polandia, tetapi tetap rasa Indonesia.

Tidak ada komentar: