Rabu, 15 Oktober 2008

Derajat Tertinggi Oleh Suprianto


Derajat Tertinggi Oleh Suprianto

Oleh Suprianto

''Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.'' (QS Ali Imran [3]: 139).

Allah SWT memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman sebagai orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Oleh karenanya, mereka tidak dibenarkan memelihara sikap lemah mental atau bersedih hati. Ayat di atas turun berkenaan dengan Perang Uhud yang baru saja dilalui Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Mereka mengalami kekalahan di dalamnya.

Ketika Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas, beliau mengatakan bahwa, ''Kesudahan yang baik dan pertolongan (Allah) akan berpihak kepadamu, wahai orang-orang yang beriman.'' Artinya, walaupun mengalami kekalahan, hendaknya tetap optimistis, sebab pertolongan Allah pada hakikatnya selalu bersama orang-orang beriman.

Penghayatan seorang mukmin bahwa dirinya menjadi paling tinggi derajatnya di antara manusia lainnya hendaknya disyaratkan hanya bilamana dirinya berpegang pada manhaj Allah SWT dalam hidupnya di dunia. Namun, ketika dirinya sudah meninggalkan manhaj Allah SWT dan ikut serta sebagaimana manusia lainnya bergantung kepada manhaj bikinan manusia, maka saat itu ia terjerumus ke dalam jurang kehinaan dan menjadi jauh dari hak memperoleh pertolongan Allah serta kemenangan, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.

Inilah keadaan yang sedang kita alami dewasa ini. Sehingga, jangan heran bila di era seperti ini tidak sedikit Muslim yang menyangka bahwa satu-satunya jalan agar bisa menjadi mulia dan meraih kemenangan di dunia ialah dengan jalan mungkar.Memang, saat-saat ini kita tidak berperang mengangkat senjata seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan sahabat. Tapi, kita berjuang untuk mempertahankan hidup di tengah himpitan ekonomi global yang sedang mengalami keguncangan yang dahsyat.

Berjuang melawan kemiskinan di saat sekarang adalah pekerjaan yang sangat mulia di mata Allah. Karena, kemiskinan, kesulitan hidup, adalah bagian dari ujian. Tidak sedikit yang kalah dalam berjuang mengatasi kemiskinan yang mendera. Bahkan, ada yang mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya secara tragis, naudzubillah.

Allah SWT telah menjanjikan kenikmatan yang luar biasa kalau dia sedikit bersabar dan tetap mengikuti petunjuk Alquran dan hadis, serta terus berjuang untuk keluar dari kemiskinan dengan usaha dan ibadah serta doa dari semua anggota keluarga. Jika masa-masa sulit yang dialami bisa dilewati dengan mulus, insya Allah, dia berhak mendapatkan derajat tertinggi yang Allah janjikan yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar: